Disanalah akhirnya Willi tahu bahwa Ayu adalah anak dari Kapten senior yang sempat menjadikan dan memberikannya Motivasi untuk menjadi Kapten yang hebat. Willi yang masih sangat cemas kembali memeluk Ayu sambil Mengatakan "Aku Cinta sama Kamu, Aku Cinta Sama Kamu, Aku gak mau kehilangan Mu, Aku Cinta sama Kamu, Ayu" Ayu yang mendengar
Namaku Raditya temen-temen biasa panggil Ditya, saat ini aku sudah kerja di suatu perusahaan swasta yang lumayan bonafit dan sewaktu sore sampai malam aku ambil kuliah di salah satu perguruan swasta fakultas Teknik Komputer dan jurusan Teknologi biasa setiap habis kerja aku langsung menuju tempat kuliah dan hampir pasti terlambat seperti sore ini. "Maaf Bu saya terlambat......................." kata Raditya sambil memberi hormat kepada Maya dosen Mata kuliah "DBMS" nya. "Ditya................ditya..........setiap hari pasti terlambat...............kapan tak terlambat................" kata Maya dosenya sambil geleng-geleng kepala. Raditya mulai duduk di tengah-tengah antara Heni dan Hany karena cewek dua itu melambaikan tangan menyuruhnya untuk duduk diantara mereka berdua. Raditya memang beda dengan anak pintar kebanyakan, dia lebih mau memberi contohan pada teman-teman yang lain, makanya dia banyak disukai teman-temannya sampai-sampai teman-temannya bapak-bapak dan ibu-ibu yang sudah tua yang masih juga mau untuk kuliah semua suka kepadannya. "Coba Ditya maju untuk mengerjakan soal nomor 1 ................." kata Maya dosennya, sambil memberikan spidol pada Raditya. Raditya terlihat corat-coret sebentar di bukunya, pinjam buku Heni yang ada di sebelahnya melihat-lihat catatannya lalu segera bangkit dari tempat duduknya dan segera menuju whiteboard yang ada di depan kelas langsung dia menulis sesuatu, dia amati beberapa kali sambil berpikir, lalu dia menyerahkan spidol pada Ibu Maya, dosen paling muda di mana dia kuliah dan kembali duduk diantara Heni dan Hany. "Ehm..........anak ini pandai juga.........padahal dia terlambat..........eh........ternyata dia bisa juga mengerjakannya, padahal materi yang aku berikan baru hari ini.........." batin Maya dalam hati. "Jawaban Ditya betul...............apa ada yang kurang jelas.................." tanya Maya. Semua mahasiswa secara kompak bilang belum jelas bu, dan menjadikan suasana kelas menjadi gaduh, karena semua melihat ke arah Raditya. Bagaimana tidak semua mahasiswa dalam ruangan yang sudah dari tadi mendengarkan mata kuliah Ibu Maya pada belum paham, eh...........Raditya yang datang terlambat disuruh maju malah sudah bisa. "Ok.............ok semua diam, untuk lebih jelasnya mari kita praktikkan di lab komputer saja...................." kata Maya dosen mata kuliah DBMS. Semua Mahasiswa mulai bangkit dari tempat duduknya menuju lab. komputer, tetapi Raditya masih sibuk menyalin tulisan dipapan tulis. Maya dosen DBMS masih sibuk mengisi jurnal mata kuliah sempat memperhatikan dan mulai mengajak ngobrol. "Ditya..........kamu sudah kerja ya...........kalau datang pasti terlambat terus................" tanya Maya dosenya, sambil berjalan keluar ruang di ikuti Raditya. "Ya bu.............aku keluar kerja jam ya pasti terlambat terus karena sini kan masuknya jam wib...." jawab Raditya, sambil berjalan di samping Maya dosenya itu. "Raditya.........nggak usah tanya-tanya macam-macam..........aku tahu kalau kamu pandai.........ehm.......kelihatannya kamu banyak cewek pasti................" kata Maya dosennya sambil tersenyum menggoda. "Beres Bu...............aku nggak bakal tanya macam-macam, nggak juga sih Bu.............kalau banyak teman betul tapi kalau bayak cewek nggaklah.........." jawab Raditya sambil sedikit malu-malu. Sejak saat itu Raditya sangat akrab dengan Maya dosen mata kuliah "DBMS" nya Database Manajemen System . Seperti biasa ketika mahasiswa yang lain pada praktikum di lab. komputer dan Raditya sudah selesai duluan, maka teman-temannya pada rebutan nyontoh di komputernya dan Maya dosennya selalu memanggilnya untuk di ajak ngobrol di teras luar. "Raditya.......aku tahu sekarang kenapa kamu sangat disukai semua teman-teman kamu.......sampai-sampai kalau kamu tak hadir, mereka merasa kesepian kalau tak ada kamu..........kamu pandai tapi mau berbagi sama teman-teman.........biasanya anak pandai itu individu tapi ternyata kamu tidak.......dan kamu humoris dan suka menggoda jadi banyak teman cewek suka sama kamu..........ehm......." kata Maya dosennya. "Aku kira aku biasa-biasa saja bu.............wajah ya tidak cakep-cakep amat..............." jawab Raditya sambil memperlihatkan kalau dia rendah hati. "Kamu memang biasa saja nggak jelek.........tapi kalau cewek sudah kenal siapa kamu dan sering ngobrol aku yakin cewek itu jatuh hati sama kamu.............." kata Maya dosennya, sambil senyum-senyum menggoda Raditya. "Ehm..........Ditya.....ditya.........walau aku sudah punya pacar walau belum serius........tapi kalau kamu tak masuk..............aku juga merasa kangen banget.........." bisik Maya dalam hatinya. Agung, Budi, Antok dan beberapa teman akrab Raditya yang lain yang sudah selesai mengerjakan tugas praktikum ikut nimbrung ngobrol menjadikan suasana menjadi menyenangkan. "Ditya.........Bu Maya.........masih cocok jadi temen kuliah kita dari pada jadi dosen..........Bu Maya pasti jadi mahasiswi yang tercantik disini ya............." kata Agung bercanda.................. Semua mahasiswa yang ada di teras tertawa terbahak-bahak mendengar kata-kata Agung barusan, Ibu Maya tersenyum malu sambil berjalan menuju ruang praktikum untuk melihat mahasiswa-mahsiswa yang belum selesai mengerjakan praktikumnya. "Raditya........kalau kita sama teman-teman amati,.......Maya.........kelihatan sekali suka sama kamu, tapi kami kira kamu pura-pura nggak tahu saja................" kata Budi temen kuliah yang paling ember, sambil memberi pendapat teman-temannya. Teman-teman Raditya terlihat menganggukan kepala sambil tersenyum setuju dengan pendapatnya Budi, apalagi Agung, dia terlihat mengacungkan ibu jari tangan kanan tanda ok. Malam itu karena lelah, Raditya mulai menuju kamar kost dan menutupnya tapi baru menjatuhkan badannya di atas tempat tidur HP nya bergetar ada sms. "Halo Ditya........lagi ngapain........" tulis sms itu, Raditya membaca sms itu dengan penasaran karena nomornya tidak dia kenal, lalu dia membalasnya. "Hallo.......maaf, siapa ya ini........karena belum ada nama di hp saya....." balas Raditya. "Maaf kak ini aku Sinta........anak akutansi D1..............kata Budi, kakak titip salam ya sama Budi untukku....jadi aku berani sms kakak..........ini nomor aku kak.........makasih ya kak sms aku sudah di balas........." tulis Sinta lewat sms. "Ih....Budi siapa yang titip salam untuk Sinta...........ehm nggak apa deh..........siapa tahu dia cewek baik bisa aku jadikan calon pendamping.........kalau aku lihat Sinta itu........cantik dan bodynya bagus terus kalau jalan bagus banget seperti peragawati saja........." bisik Raditya dalam hati. Belum sempat kembali membalas sms Sinta, HP nya berdering lalu dia mulai menerimanya. "Hallo siapa ya ini...............oh maaf.......maaf Bu Maya........aku kira siapa..........ehm.......masak jam segini kondangan Bu...........ok..........ok aku ke kost Bu Maya..........." jawab Raditya. Raditya cepat-cepat ganti baju dan celana rapi dan pakai sepatu semprot sana sini dan mulai menuju ke garasi mengambil Yamaha Vixion dan langsung cabut, dia memacu kendaraan dengan cepat menuju tempat kost Ibu Maya di belakang kampusnya. Sampai depan kost, Maya dosennya sudah duduk di depan teras ketika Raditya sampai depan kost, kedua mata Raditya mulai menelanjangi tubuh Maya dosennya dari atas sampai ke bawah, belum sempat Raditya berbicara, Maya dosennya sudah mulai berjalan menuju kendaraan Raditya. "Ayo........cepat sudah malam, antar aku ke pesta perkawinan teman aku...................." kata Maya sambil boceng di belakang. Raditya mulai menjalankan kendaraannya meliuk-liuk diantara mobil-mobil yang berlalu lalang di jalanan kota Semarang yang mulai padat dan sebentar kemudian sudah sampai ke gedung besar, Raditya segera memarkir kendaraan. "Ditya.......nanti kamu di dalam cuma tersenyum dan selalu menganggukkan kepala kalau aku minta.....awas kalau macam-macam..........kalau panggil aku sayang aja....ingat itu" kata Maya. Raditya cuma tersenyum sambil angkat kedua tangannya dan dia kesakitan ketika jari jemari salah satu tangan Maya dosennya itu mencubit pinggangnya. Maya mulai berjalan beriringan dengan Raditya menuju ke dalam gedung resepsi pernikahan dan tangan Maya yang kanan selalu berpegangan pada tangan Raditya. Ketika sampai dalam setelah bersalaman dengan kedua mempelai berdua, Maya mengajak Raditya untuk mencicipi masakannya. "Eh.........Maya....................aduh tambah cantik ya..........ih pacar baru ya...........ganteng gitu..........." kata Asti teman kuliahnya dulu. Maya tersenyum senang bertemu teman-teman kuliah seperti Asti, Mawar, Julia, Michel, Natasa, Ruben dan masih beberapa lagi yang lain. "Eh .......aku hampir lupa kenalkan.......ini Raditya........." kata Maya kepada teman-temannya. Raditya tersenyum dan menyalami semua teman-teman Maya dan terlihat ikut berbicara serius dengan teman-teman cowok Maya. Beberapa saat kemudian mereka mulai meninggalkan gedung tempat resepsi kawan Maya. Sampai di depan kost Maya dosennya itu, Raditya cuma duduk-duduk di atas kendaraannya. "Ayo.......masuk dulu.......ini kan malam minggu main dulu.........tapi maaf tempatnya berantakan........." kata Maya sambil berjalan menuju ke kamar kost. Raditya mulai turun dari kendaraan dan mengikuti Maya dosennya itu masuk ke dalam kamar kostnya, dia mulai tiduran di atas tempat tidur ketika melihat Maya ganti baju ke kamar mandi di dalam kamarnya, tahu-tahu Raditya seperti bermimpi saat ada jemari halus merapikan rambutnya dan tubuhnya terasa sedikit tertindih.......dan di depan wajahnya dia merasakan nafas yang mengelus wajahnya, dua mata yang sangat dia kenal mencari-cari sesuatu di dalam kedua matannya........Raditya melihat ke dalam dua mata itu dia merasakan damai........tentram nyaman........Raditya semakin merasa damai nyaman dan bahagia ketika kening dan kedua pipinya terusap hidung yang mancung, beberapa saat terlihat sunyi kamar kost itu. Raditya mulai keluar kost sambil tangan kanannya selalu melingkar ke tubuh cewek yang selalu meremas-remas jari jemari tangan kanannya serasa tak mau melepasnya. "Sayang........hati-hati ya................nggak usah ngebut met malam semoga tidur nyenyak.........." kata Maya sambil melepas gengaman tangannya di tangan Raditya. Raditya segera menjalankan kendaraan dan segera memacu biar cepat sampai ke kost, sampai di kost dia langsung menjatuhkan dirinya di kasur dan mulai dia tersenyum sendiri. Dia merasakan dan membayangkan kembali ketika Ibu Maya, dosen yang paling muda dan cantik nafasnya terasa mengelus wajahnya dan hidung mancung mulai menyentuh pipi dan keningnya dan kedua mata itu........benar-benar membuat damai tentram dan nyaman serasa membuat Raditya ingin mengulangi lagi. Sorenya ketika dia pulang kerja seperti biasa langsung menuju kampus, dia langsung menuju administrasi dulu karena hari ini dia gajian jadi bisa untuk nyicil uang sksnya dulu. Terlihat beberapa mahasiswa mengantri membuat Raditya ikut mengantri dan belum sempat duduk dia merasakan ada cewek yang memanggil ketika dia melihat tempat duduk yang dipojok, Raditya mulai tersenyum. "Eh........Sinta lagi ngapain disini...........lagi bayar kuliah ya......................." kata Raditya Sinta tersenyum sambil menganggukkan kepala dan Raditya segera duduk di sebelahnya, mereka berdua terlihat akrab mengobrol sambil tertawa-tawa pasti kalau ada mahasiswa lain melihat mereka dikira sudah berpacaran. "Sebentar ya..............Ibu mau mengisi spidol di admin dulu........................" kata Ibu Maya, sambl keluar meninggalkan ruang kuliah. Ibu Maya mulai mengisi beberapa spidolnya dengan tinta, saat kedua matanya melihat ke salah satu pojok di admin itu, jatungnya serasa copot, sampai tinta untuk mengisi spidol tercecer di lantai dan salah satu admin yang melihat berkata. "Mbak Maya...........pelan-pelan dong..........itu tuh tintanya sampai menetes di lantai..............." kata Desi admin kampus. Ibu Maya terlihat meletakkan jari telunjuknya di depan mulut sambil melihat ke arah Desi sambil menunduk, sampai-sampai Desi geleng-geleng melihat tingkah Ibu Maya. Raditya agak terkejut dan melihat ke admin ketika dia mendengar nama Ibu Maya disebut dan dia segera minta ijin Sinta untuk masuk kuliah sambil bilang ingin membayar nanti saja kalau istirahat ishoma. Ketika dia masuk ke dalam ruang kuliah terlihat dosennya nggak ada dan Raditya langsung menuju tempat duduk di dekat Heni dan Hany, tapi dia salah ternyata dua temen ceweknya itu mengusirnya. "Ih...........sana saja di depan pojok..................enak saja pacar mami Maya disini, sana saja..............kamu anggap apa kita berdua..............." kata Heni dan Hany kompak. Raditya melihat teman-teman akrabnya seperti agung dan budi menutup wajahnya dengan buku catatannya sambil tersenyum-senyum mengejeknya. Tok.............tok..............tok..........terdengar suara sepatu Ibu Maya terdengar mendekat dan segera muncul ke dalam ruang kuliah. Tanpa memandang ke arah Mahasiswa lalu dia mulai menulis dan kami semua terkejut ketika terdengar bunyi debug...............Ibu Maya jatuh pingsan. Raditya, Budi dan Agung segera membopong tubuh Maya dosennya itu ke UKS kampus dan segera beberapa admin cewek seperti Desi membantunya. Raditya terlihat gusar, mau masuk kembali ke dalam UKS dia ragu, kalau tidak masuk saat ini, dia memang cowok yang sangat dekat dengan Maya dosennya itu. Akhirnya dia masuk ke dalam UKS ketika melihat Desi mulai keluar dari dalam. Dengan langkah pelan-pelan Raditya mulai mendekat ke arah tubuh Maya dosennya itu yang masih lemas di atas tempat tidur UKS. Ketika melihat wajah Raditya ada di depannya Maya langsung memalingkan wajahnya dan ketika jari jemari tangan Raditya memegang jari jemari salah satu tangannya Maya dengan cepat menariknya dengan masih terus menangis. Dengan sabar Raditya duduk di sebelah tempat tidur dan berusaha membujuk Maya dosennya itu untuk mau diantar pulang. "Maya........apa salahku.......kok aneh sekali........kemarin malam kamu begitu bahagiannya tapi sore ini aku pegang tangan kamu saja nggak boleh...........aku tahu...........pasti kamu salah berpikir...........kamu kira aku pacaran dengan Sinta.............anak D1 akutansi ya..............kamu salah, kita nggak ada apa-apa............." kata Raditya. "Ih............sory...............siapa yang cemburu..........aku memang lagi kurang sehat saja...................." kata Maya. Raditya mulai tersenyum senang di belakang tubuh Maya karena orang yang dia cintai mulai mau berbicara. "Ayo aku antar pulang, semua Mahasiswa sudah pulang dan admin sudah tutup..............ayo sayang....." kata Raditya sambil mengelus dan mengecup pipinya dari samping. Maya mulai memalingkan wajahnya dan menatap Raditya dengan kesal dan mulai memukul dada Raditya dengan kedua tangannya sambil menangis sambil berkata. "Aku tak ingin lihat orang yang aku cintai........ngobrol berdekatan sambil tertawa-tawa di depan wajahku dan sambil berpegangan tangan.............kalau aku melihat lagi..........aku tak bakal mau lihat wajah kamu.....aku mau pindah saja ke kampus yang lain..........." kata Maya masih memukul-mukul dada Raditya sambil menangis. Beberapa saat kemudian terlihat Maya sudah ada di boncengan Yamaha Vixion Raditya menuju ke kost, mereka berdua mulai masuk ke dalam kamar kost itu. "Eh.........lha sepeda motorku gimana Ditya.............lha besok aku berangkatnya gimana coba.........." kata Maya dosennya itu dengan wajah yang sumringah. "Tadi sudah aku titipkan Pak Dol penjaga malam.............dan besok aku ijin aja berangkat awal langsung jemput kamu.........tinggal kamu malu atau nggak.........." kata Raditya sambil senyum-senyum mengejek. Mereka berdua terlihat saling mengelitik menggoda dan ketika kedua mata mereka bertemu sepi terasa di kamar kost itu, Raditya mulai membelai rambut Maya dosennya itu yang sedikit menutup sebelah wajahnya dengan sayang, membuat matanya memandang Raditya dengan cinta dan sayang begitu juga Raditya merasakan begitu bahagia hatinya saat bersama dosen cantik mata kuliah "DBMS" nya. Damai, tentram dan bahagia selalu dia rasakan ketika bersama cewek ini walau sebenarnya umurnya lebih tua 2 tahun darinya. Raditya mulai menjatuhkan ciumannya di kening Maya, lama sekali dia mencium kening cewek itu sambil dia merasakan tentram dan damai kala dia memegang rambutnya. Kedua tangan Maya terlihat memeluk erat tubuh Raditya yang ada di atasnya dan beberapa kali bibir Maya menyentuh bibir Raditya dengan sayang dan cinta dan beberapa saat mereka berdua merasa melayang-layang karena merasakan begitu damai, tentram dan bahagia. Mereka saling tersenyum bahagia ketika kedua mata mereka bertemu terasa nafas kedua insan itu membelai-belai wajah mereka berdua, terasa mereka berdua menghirup wangi cinta dan sayang yang keluar dari mulut mereka berdua. "Ih.........aku jadi malu banget sama Raditya........ternyata aku cemburuan.........dan masih seperti anak kecil walau umurku lebih tua 2 tahun.........semakin cinta dan sayang saja aku sama dia........udah ganteng ngalah lagi sama aku............" bisik Maya dalam hatinya. "Cinta itu memang aneh...........Maya lebih tua 2 tahun dari aku tapi ternyata ketika jatuh cinta dia seperti anak kecil yang minta selalu aku perhatikan lebih...........mungkin Sinta lebih muda dan cantik.........tapi kenapa ya.........aku lebih tentram, damai dan bahagia kalau dekat dengan Ibu Maya.........ehm........benar-benar cinta bisa terlihat gila di depan semua orang...........cinta memang benar-benar gila" bisik Raditya dalam hatinya sambil tersenyum-senyum sendiri mengendarai Yamaha Vixionnya di jalanan simpang lima kota Semarang.
Saatmenoleh, ia melihat seorang gadis seumurannya sedang berdiri disampingnya dengan wajah khawatir. Menurut Nana dia cantik. Cantik banget malah, apalagi kalo dibandingin sama Risa, Barbie jadi-jadian di sekolah Nana. Ditambah lagi dengan jilbab hijau mudanya yang rapi. Duh, bener-bener bikin teduh ngliatnya.
PLAK! Tamparan itu mendarat mulus ke pipi kiriku. Membawa sensasi perih disusul panas yang langsung saja terasa. Cerpen Sedih Kisah Seorang Psikopat Yang Gila Cinta Akan tetapi, lebih perih rasanya sewaktu aku melihat kedua mata Fina menampakkan sorot terluka serta marah ke arahku. Ponselku di genggamannya dia remas kuat, untuk kemudian dibantingkan ke lantai. PRAKK! Itu ponsel kelimaku di bulan ini, dan lagi-lagi hancur oleh tangan Fina. Apa daya. Ini semua salahku. "Sms siapa itu yang kamu balas, Yang?" "Itu Zizi. Dia teman sekelasku di kampus!" "Bohong!" sangkal Fina menjerit seraya mendorong dadaku menjauh. "Aku tau kamu bohong! Kamu pasti udah mulai bosan 'kan sama aku? Kamu sebenarnya suka 'kan sama dia?" Aku menggeleng. Buru-buru membawa Fina ke pelukan. "Nggak, Sayang. Aku gak bohong. Zizi itu cuma kawan di kampus. Aku sama dia sms-an membahas tugas yang kebetulan belum dia ngerti. Tolong kamu percaya, dong!" Tangisan Fina malah bertambah kencang. "Aku benci sama semua teman kamu, Yang. Kamu gak boleh dekat-dekat sama mereka. Jangan pernah luangin waktu sama mereka. Kamu itu cuma milik aku. Cuma aku yang boleh kamu perhatiin!" Aku mengangguk kuat-kuat hanya supaya bisa lebih meyakinkannya. "Iya, Sayang. Maaf karena aku udah nyakitin kamu. Aku janji, mulai sekarang cuma bakalan ada kamu. Udah, jangan nangis lagi," ujarku seraya mengusap pipi Fina yang lembab, menghapus bekas air matanya. Fina mendengus. "Janji kamu tuh seringnya bualan semata. Awas aja kalau ingkar lagi. Aku habisin kamu nanti!" Ancamannya hanya aku tanggapi dengan senyuman. "Iya, Sayang. Tenang aja. Aku cinta kamu." Fina lantas tersenyum, lalu memberikan aku ciuman mesra. Nama gadis itu Fina Mayang Sari. Kekasihku. Sosok gadis paling menawan dan cantik yang pernah aku kenal. Seseorang yang penuh perhatian, aktif, pun manis. Setiap kali aku jauh darinya, dia tak akan pernah lupa mengirimkan pesan dan bertanya; aku sedang apa, bersama siapa, akan pulang kapan, di mana, dan lain sebagainya. Yang mana, jawabanku tak akan pernah bisa membuatnya puas sebelum aku benar-benar sudah muncul di hadapannya. Membuat aku merasa memiliki arti lebih dalam hidupnya. Untuk pertama kalinya, ada sosok yang tulus yang ingin berada di sisiku dan memberikan aku segenap perhatian. Mewarnai kembali hidupku yang tadinya terasa suram karena sudah seringkali dicampakkan bahkan diolok-olok oleh banyak orang. Aku terbuang. Lalu Fina menemukanku. Mempertemukan aku pada jalan hidup dan duniaku yang baru, yaitu dirinya. Tanpa Fina, aku tak yakin aku sanggup menjalani kehidupan ini. Aku sungguh mencintainya. "Ji, tugas dari Pak Bram kemarin udah kamu tulis belum?" Aku mengabaikan pertanyaan itu. Hanya terus berjalan sambil berlagak tak mengenalinya. "Ji, woi. Aku nanya kamu. Kamu kenapa, sih? Kamu marah sama aku?" Aku berhenti melangkah. Menoleh menatap sosok pemuda kurus yang aku kenali tapi tak ingin aku ingat namanya. Di hidupku hanya boleh ada Fina seorang, tak ada yang lain. "Siapa kamu?" Pertanyaan balasan dariku membuat sosok ini tersentak. Tiba-tiba saja tawa tertahannya terdengar. "Kamu lagi becanda, ya? Ini aku, Ali. Kamu sama aku, sama Dika udah jadi kawan di kampus sejak setahunan ini. Masa sih kamu lupa?" Aku tak mengindahkan penjelasan itu. Memilih membuang muka seraya membetulkan posisi tas di punggung. "Aku gak kenal kalian semua. Minggir." Tubuh besarku sedikit menyenggol sosok kurus yang hanya mampu bergeming ini. Berhasil membuatnya menyingkir dari jalanku. Setiap sapaan, pertanyaan, senyuman dan panggilan yang orang-orang tujukan padaku hanya perlu aku tak acuhkan. Aku tak mau peduli. Mereka tidak penting. Dalam hidup, aku cuma butuh Fina. Tak ada yang lain. Hanya dia satu-satunya. "Oji!" Suara yang tak asing kembali terdengar menyebut namaku. Dan aku tak berniat menghentikan langkah sekalipun sosok itu sudah berdiri menghadang langkahku. "Oji! Kemarin kenapa nomor kamu gak bisa dihubungi? Padahal Zi masih mau nanyain banyak soal tugas-" "Kamu siapa?" Sosok gadis berkerudung di depanku ini menunjukkan reaksi yang tak jauh berbeda dari si laki-laki kurus yang ketemui sebelumnya. "K-kamu kenapa, Ji? Kamu marah sama Zi?" Aku mendengus tak menanggapi pertanyaan itu. Selekasnya lanjut melangkah melewatinya. Cerpen Sedih Kisah Seorang Psikopat Yang Gila Cinta "Ji? Oji? Zi masih mau ngomong! Ji!" Berhenti berlagak seolah kalian mengenalku dengan baik. Lagi pula, ada apa dengan orang-orang ini? Kenapa mendadak banyak dari mereka yang seolah menguji kesetiaanku pada Fina? Untung saja Fina sudah tak kuliah. Kalau saja dia berada di kampus ini dan memperhatikan segala hal yang aku alami, sudah tentu aku bisa langsung dihabisi olehnya. Ah, kelupaan. Aku 'kan belum sempat membeli ponsel dan juga simcard baru. Jangan sampai Fina mengkhawatirkanku, pun membuatnya berpikiran yang tidak-tidak. Aku harus selalu ada untuknya. Tak boleh sampai menyakiti dan membuatnya kecewa. "Beli hape baru lagi ya, Mas?" Tukang konter langgananku bertanya dengan raut muka tak enak. Mungkin dia bosan melihat aku lagi-lagi membeli ponsel bekas ke tempatnya. Ya. Aku membeli ponsel bekas yang murah. Yang layarnya hitam putih, dengan menu terbatas. Yang tak ada fitur kamera. Yang bukan Android. Yang tak mendukung fitur menginstal aplikasi bahkan tak mampu sekadar mengunduh file. Soalnya Fina kalau mengamuk seringnya menghancurkan ponsel. Jadi, aku cari aman dengan cara menggantinya ke ponsel yang murahan saja. Biar hemat. Selekas mendaftarkan kartu teleponku yang baru. Aku segera saja menghubungi nomor Fina. 'Nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi.' Aku tersentak. Sekali lagi mencoba menghubungi nomor Fina. Dan jawaban yang terdengar masih sama. Seketika saja perasaanku menjadi tak keruan. Bagaimana ini? Apakah terjadi sesuatu pada Fina? Apa yang sedang dilakukannya? Apakah dia tengah bersama seseorang sampai harus repot-repot mematikan ponsel untuk mengabaikan panggilan dariku? "Ah! Gimana ini? Apa yang harus aku lakuin?" Melihat raut mukaku yang pasti panik, membuat tukang konter bertanya ragu-ragu, "Mas-nya kenapa? Ada masalah?" Aku menekan-nekan keypad ponsel dengan kencang, setelah itu menjawab, "Nomor hape pacar saya nggak aktif, Mas. Dia kenapa, ya? Dia di mana? Saya takut!" "T-tenang, Mas!" Tukang konter ini jadi seolah ketularan panikku. "Mungkin aja hapenya mati, lagi di-cas dulu. Mas tunggu aja. Nanti mungkin akan aktif lagi nomornya. Atau kalau nggak, mas datangin aja rumahnya." Aku mengerling lesu begitu diperdengarkan penuturan tadi. "Rumah siapa, Mas?" tanyaku. "Ya rumah pacar, Mas. Siapa lagi?" Rumah Fina, ya. Benar juga. Aku sebaiknya mendatangi rumahnya saja. Setelah mengambil kembalian dari pembelian ponsel dan kartu, aku langsung melangkah pergi dari konter. Harus segera menemui Fina. Tak tenang kalau aku belum menemuinya. Aku takut dia sedang bersama orang lain. Atau lebih parahnya, dia tengah berada dalam bahaya. Itu tidak bagus. Jangan sampai terjadi sesuatu yang buruk pada Fina-ku tercinta. Tak berapa lama, aku tiba di rumahku sendiri. Sebab, aku dan Fina sudah tinggal bersama sejak lama. Aku dan dirinya tak bisa terpisahkan meskipun nyawa sebagai taruhannya. Aku membuka pintu rumah yang tak dikunci. Masuk ke dalam, lalu meletakkan tas ke atas sofa. Sesudah itu melangkah menuju ke ruang bawah tanah. Di mana kamar Fina berada. Pintu dari satu-satunya kamar yang ada di ruang bawah ini aku buka. Sedikit demi sedikit membiaskan cahaya ke dalam ruangan yang sempit dan gelap ini, memperlihatkan padaku sesosok gadis ayu yang tengah meringkuk di sudut kamar. Kedua kaki dan tangannya terikat. Mulutnya terbungkam kain. Dan kedua matanya tampak melotot ketakutan begitu melihat kedatanganku. Suaranya yang teredam di balik kain terdengar meronta-ronta. "Fina, Sayang!" Aku berlari menghampirinya. Memberikan Fina pelukan, ciuman, tak lupa membelai setiap inci wajah ayunya yang penuh memar. Luka-luka yang membekas di setiap jengkal kulit tubuhnya aku usap lelmbut, seraya berdecak penuh iba. Sebuah ponsel yang rusak yang berada di dekat tubuh Fina aku ambil, untuk kemudian aku banting ke lantai sampai hancur lebur. "Kamu mau coba cari bantuan lagi, ya? Apa gak cukup aku ada di hidup kamu? Apa gak cukup kita berdua sama-sama saling melengkapi tanpa harus mencari orang lain buat ikut campur, hah?" PLAK! Selesai mengamuk, aku menampar wajah Fina sampai membuatnya tersungkur. Bahunya berguncang. Dia mulai menangis lagi dan lagi. Dan aku menyesal. Tubuh rapuhnya aku peluk. "Maafin aku, Sayang. Maaf. Kamu tau aku ngelakuin ini biar kamu tetap jadi milikku. Aku gak mau kehilangan kamu. Aku takut kamu pergi. Aku nggak mau sampai kamu ngamuk-ngamuk dan marah sambil ngancam buat ninggalin aku kayak beberapa minggu lalu. Please," mohonku lantas melanjutkan, "jadilah sosok Fina seperti yang aku inginkan. Aku cuma butuh itu, Sayang. Ya?" Fina bergeming. Dia tak merespons. Hanya kedua bahunya saja yang masih terasa gemetaran. Aku tersenyum. Mengecup lembut pipi kotornya yang sangat menggemaskan. "Aku cinta kamu, Sayang. Dengan aku, kamu aman." Aku pastikan Fina akan selalu aman bersamaku. Tak butuh orang lain untuk turut hadir dalam kehidupan kami. Karena aku dan Fina bisa saling memiliki saja sudah lebih dari cukup. Cerpen Sedih Kisah Seorang Psikopat Yang Gila Cinta

CerpenJatuh Cinta Dengan Kawan Baik. Dan Allah telah tetapkan jodoh kau awal ni masa kau dalam perut ibu kau lagi Ujar Nurin. Semuanya dengan izin Allah Tambah Nurin lagi. Aisya perasan akan tangan Arael yang sudah menggenggam buku limanya. Dia tahu Kirana sememangnya telah jatuh cinta dengan lelaki itu sejak hari orientasi mereka di kolej ini.

Cerpen Safik Yahida Cerita ini saya tulis ketika sedang berada di halte menunggu bus kota sumedang, dan disitulah saya mengobrol dengan seorang perempuan setengah tak waras yang setiap harinya setia menunggu tunangannya yang pergi meninggalkannya entah kemana Tangan ini masih sedikit luka oleh bekas lilitan tali yang menjeratku juga mulutku pun terasa kaku karena di sumpal kain sekian lama sehingga tidak bisa berteriak tapi tidak pada suara hatiku yang masih bisa berdoa supaya apa yang mereka lakukan padaku akan dibalas dengan hukuman yang setimpal atas semua penderitaan yang telah mereka lakukan padaku dengan sebuah alasan atas nama kebaikan aib keluarga mereka menyekap dan membiarkan aku terkapar di sudut kamar yang gelap. Apa aku ini di mata mereka? Apa aku bukan lagi bagian dari keluarga mereka karena kelakuanku kurang baik yang selalu menjambak rambut setiap wanita yang kutemui? Seperti apakah orang yang baik itu? Apakah orang yang pernah mengurung seseorang bisa disebut orang baik? Bukan. Di kamar yang gelap itu aku selalu bertanya dalam hati kenapa mereka mengurungku? Apa yang salah pada diriku sehingga mereka merasa takut dan menjauhiku? Apa mereka menganggapku gila hanya karena selalu tersenyum sendiri dan setelah itu langsung menangis? Bukankah senyum itu amal paling murah yang oleh semua agama merasa diharuskan dan menangis itu hakikat manusia yang tidak bisa dilepaskan? Atau karena aku satu-satunya orang yang percaya bahwa gerimis itu bisa turun di saat musim kemarau? Nyatanya di musim yang panas ini gerimis selalu turun di mataku. Mungkin karena hal itulah sampai sekarang aku masih belum mendapatkan jodoh atau mungkin juga karena memang semua wanita merasa takut padaku? Yang jelas aku bukanlah lelaki yang gampang jatuh hati pada seseorang sebab aku menginginkan wanita yang setia tidak seperti kekasihku dulu yang selalu mengatur hidup ini kemudian pergi meninggalkanku begitu saja dan akhirnya membuat hatiku hancur melebihi rasa sakit ketika terkurung di waktu lalu dan mungkin karena ulah kekasihku itulah awal dimana aku pun dijauhi pula oleh orang-orang karena tanpa henti aku selalu menangis. Aku ingin bebas seperti sekarang bisa leluasa pergi dan duduk di bangku taman sambil dengan tenang menikmati hembusan angin malam yang membelai rambutku seperti dulu ketika aku pernah tertidur di pundak kekasihku sambil ia sesekali membelai helaian rambutku ditemani rembulan yang ikut menyaksikan kami berdua. Indah sekali saat itu karena di pikiranku hanya ada bayangan kekasihku itu tidak ada siapapun atau mungkin semua orang telah kulupakan meski aku tak tahu hilang dimana ingatanku itu sehingga kini membuat aku merasa takut pada semua orang dan yang kurasakan sekarang aku selalu ingin menjambak rambut setiap wanita yang kutemui sambil berkata apa kamu tidak merasa sakit ditinggalkan kekasih sendiri tanpa alasan yang jelas? Memang bukan kamu yang melakukan hal itu padaku tapi kurasa kamu pun akan melakukan hal yang sama. Teriakku. Memang hidup ini singkat terlalu singkat bila hanya digunakan untuk mengingat masa lalu yang kelam dan sekarang aku merasa hidup kembali dengan jiwa yang baru setelah kabur dari kurungan yang menjeratku. Akhirnya aku kembali ke taman ini sebuah tempat dimana aku dan kekasihku dulu selalu menghabiskan malam tanpa ada yang mengganggu mungkin saja aku bisa kembali bertemu dengannya disini dan meluapkan perasaan kesal yang selama ini berkecamuk di hatiku yang hancur teapi nyatanya dari balik pepohonan yang rindang aku mendengar seorang wanita yang lain sedang bernyanyi dengan lirik-lirik yang membuat merinding dan suaranya begitu merdu seperti salah seorang penyanyi yang lagi sibuk disorot berita infotainment karena bisa menjadi pacar seorang pencipta lagu cinta yang menyayat hati. Tidak. Bukan seperti suara penyanyi itu karena aku belum pernah mendengar suara aslinya sebab ketika ia menyanyi hanya menggunakan trik Lip Sync sambil berkomat-kamit mengikuti lirik dan irama lagu. Seperti orang gila saja. “Aku kembali mengingatmu di sisa gerimis Diantara punggung batu yang mengukir namamu Disitulah, kenangan kita telah terpahat Atau pada daun kering bagaikan selembar surat Yang menuntaskan sebuah jejak ziarah Aku telah menuliskannya sehabis gerimis Lalu menjadi abadi di kedua mataku Aku rindu bersamamu, menyulam ribuan malam dengan tatapan tajam, Namun maut memutuskannya, menjelma sabit membuat matamu terpejam. Untukmu, aku rela bersetubuh bersama angin Dengan dingin yang kucicipi nikmatnya sepi Dan bila kau tak kembali Aku menjema doa untuk menemuimu”[1] Karena mendengar suara yang seperti keluar dari lubuk hatinya itu aku memberanikan diri mendekati wanita itu dan duduk bersebelahan dengannya. Keberanian dan kebaikan apa hingga aku tidak menjambak rambutnya malah bertanya dan ingin mengetahui siapa ia sebenarnya. “Sedang apa dan menunggu siapa kamu disini?” tanyaku sambil melihat tatapan matanya yang kosong seperti pikiranku yang juga kosong karena aku bisa berani mendekati seorang wanita. Dia hanya diam. “Apa kamu sedang menunggu kekasihmu?” tanyaku lagi meminta jawaban. “Kamu pun sedang apa disini?” ia pun melontarkan pertanyaan. Apa yang ia pikirkan sehingga pertanyaanku tidak dijawabnya malah balik bertanya. “Aku sedang mendengarkan suaramu,” jawabku singkat. “Apa kamu gila datang kesini hanya untuk mendengarkan suaraku.” jawabnya. Tanpa pikir panjang lagi aku pun langsung mengutuknya supaya ia pun menjadi gila karena mengatakan aku gila padahal aku sama dengannya sedang menunggu kekasih yang entah sedang berada dimana sekarang. “Aku juga sama denganmu sedang menunggu seseorang disini,” timpalku dengan nada mengejek bila aku gila pun aku tidak peduli yang penting ada yang mau sama nasibnya denganku. “Aku tidak sama denganmu aku hanya seorang wanita yang dijauhi orang-orang bahkan dicemooh oleh mereka dan hanya kamu saja yang mau mendekatiku sekarang apa memang kamu benar-benar sama denganku?” Jujur aku tidak mengerti apa yang diucapkannya apakah nasibnya sama seperti yang pernah aku alami beberapa waktu terakhir dijauhi dan dibenci semua orang dan apakah hatinya pun sama hancurnya dengan hatiku karena ditinggalkan kekasih begitu saja? Tapi nyatanya ia sedang menunggu kekasihnya disini. “Aku tidak mengerti dengan apa yang kamu ucapkan bukankah kamu sedang menunggu kekasihmu disini? Kekasihmu pasti ingin menemuimu lalu kamu anggap apa kekasihmu itu bila orang-orang tidak ingin menemuimu?” mungkin karena melihat wajahnya yang sedih aku pun lalu bisa mengatakan hal yang seperti itu. “Bagaimana bila kekasihku tidak sama seperti orang-orang? Apakah kekasihku bisa disebut beda dengan mereka?” pertanyaan itu muncul dari bibir mungilnya dengan menghembuskan aroma nafas yang begitu khas di hidungku. Aku tidak menjawab pertanyaan wanita itu aku malah kembali teringat kekasihku dimana ia pun pernah mengatakan hal yang serupa seperti ini. Aku tahu ia menerima cintaku karena dulu aku selalu menghiburnya sewaktu sedang dilanda kesedihan karena kekasihnya telah tiada―mati akibat kecelakaan lalu lintas dan mungkin dengan dia menerimaku rasa terimakasihnya sudah bisa terbalas dengan kebohongan yang telah lama kita jalani. Seperti paranoid atau dejavu hal itu kembali terulang sekarang apa kekasih wanita ini sudah tiada dan ia tetap setia menunggunya walau tidak akan datang? Sungguh setia wanita ini tidak seperti kekasihku setelah puas mempermainkanku lantas ia pergi begitu saja dan hanya meninggalkan luka yang membuatku terjatuh. “Pergi saja kamu dari sini kekasihku sudah datang.” ia kembali bicara tanpa terlebih dahulu menunggu jawabanku. Otakku memang sudah bingung tapi dengan keadaan seperti ini aku malah tambah bingung bila aku tidak menjawab pertanyaannya bukan berarti aku tidak peduli padanya malah sekarang ia yang tidak peduli dan berani mengusirku dengan alasan kekasihnya sudah datang padahal tak ada. Tak ada namun ada. Ada namun tak ada. Ada atau tidak ada tetap ada. Begitu katanya. Berarti maksud dari ucapannya barusan benar bahwa kekasihnya sudah tak ada dan inikah yang di maksud dengan kekasihnya beda dengan orang-orang? Ternyata kekasihnya sudah bukan lagi orang melainkan sesuatu yang telah tak ada―mati. Aku tidak menjauhinya karena aku ingin menemani dan menggantikan kekasihnya yang tak ada itu. Ah sungguh setia sekali ia seperti wanita yang aku harapkan walaupun ia berbicara dengan angin seolah-olah sedang berbicara dengan kekasihnya dan tidak menganggapku ada tapi aku tak peduli aku hanya terus mengamati gerak-gerik wanita itu dan ia terus saja berbicara sambil diiringi selingan tawa seperti seorang yang baru melepaskan kerinduan yang telah lama belum tertuntaskan dan aku pun ikut tertawa tanpa tahu kenapa aku harus tertawa. Namun rasa kesalku pun belum tertuntaskan pada kekasihku dulu sehingga kulampiaskan saja kekesalan itu kepada seorang penjaga taman dengan menjambak rambutnya karena lelaki tua itu bilang padaku untuk menjauhi wanita itu karena ia sudah gila dan sudah lama selalu berbicara sendiri di taman ini. Akhirnya si penjaga taman itu pun mengatakan dan menganggap bahwa aku juga gila. Sekarang aku tidak peduli lagi dengan omongan orang-orang mau mengatakan apa yang jelas aku tidak ingin jauh dari wanita yang baru kukenal ini karena kesetiaan cinta pada kekasihnya yang ada namun tak ada itu sehingga telah membuatnya menjadi seperti itu. Cinta memang gila dan aku pun mulai jatuh cinta dan tergia-gila padanya. Dan kenapa aku bisa jatuh cinta pada orang gila? Apa memang aku benar-benar gila? Entahlah. Bandung, Juni 2011 [1] Diambil dari puisi Ihsan yang berjudul “Sehabis Gerimis” dan puisi itu dibukukan dalam antologi bersama dengan judul buku Nyanyian Anak Negeri Pustaka Adab, 2011. Berikutini cerpen cinta romantis terbaru dengan judul "Rain". Cerpen ini merupakan karya Dian S. Cerpen Romantis - Rain (Part 1) Bianca berdiri di balkon kamarnya. Pandangannya menatap lurus ke depan. Hujan yang begitu deras kini menyita perhatiannya. Dia menatap rintik-rintik air yang turun dengan sendu.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Saya mengenal wanita ini sejak masih di sekolah menengah atas. Dia teman sekelas saya saat di kelas sebelas. Boleh dibilang wanita ini adalah cinta pertama saya. Dan saya juga berharap kelak dia akan menjadi yang terakhir. Saya sudah telanjur cinta dia. Sangat. Meski kadang-kadang dia agak lain dari kebanyakan orang. Kadang-kadang dia jadi sangat posesif. Dan kadang-kadang pula dia bisa marah hanya karena hal-hal yang saja, pernah suatu kali wanita ini memarahi saya sebab saya memotong kuku pada hari Sabtu. Dia bilang hal itu tidak baik. Karena memotong kuku di hari Sabtu akan membuat saya nanti mati dan menjadi hantu, kata dia lagi. Sampai-sampai dia marah besar, sampai-sampai dia membuang pemotong kuku saya ke sungai. Dia bilang almarhumah ibunya yang mengatakan hal yang demikian itu apabila saya memakai parfum, dia pasti akan marah betul pada saya. Saya tidak tahu jelas apa penyebabnya. Tapi kata dia, orang-orang yang memakai parfum adalah termasuk orang yang tidak percaya diri. Dan dia sangat benci apabila saya tidak percaya diri. Wanita ini, saya akui, tidak terlalu cantik. Wajahnya biasa saja. Agak bulat. Tidak putih juga. Hidungnya tidak mancung. Hanya saja perangai dia memang elok dan dia termasuk orang yang sangat disiplin. Sudah lima tahun sejak kami lulus sekolah menengah atas itu, dan terhitung hampir tujuh tahun kami menjalin hubungan. Pasang-surut, pasti. Tapi saya dan dia berkomitmen untuk memperjuangkan cinta kami ini sampai ke saya lulus sekolah, saya langsung mencari kerja dan mengumpulkan uang untuk meminang wanita ini. Sedang dia di rumah saja, dengan nyaris tujuh tahun sudah, tapi belum sekali pun saya dipertemukan wanita ini dengan ayahnya yang katanya bekas dokter itu. Kata dia, ayahnya teramat pemarah. Kata dia lagi, ayahnya tidak suka apabila anaknya pacaran hanya untuk dipermainkan. Jawaban dia selalu begitu apabila saya menyinggung masalah orangtuanya, lebih tepatnya ayahnya. Sebab ibunya telah cukup lama tiada. Jadilah saya merasa ciut untuk menemui ayahnya tanpa bekal berupa jawaban kesiapan untuk menjadi suami anaknya. Hari ini saya bermaksud mengajak wanita ini berjumpa di tempat kami biasa bertemu, di kursi panjang dekat taman kota, untuk membicarakan pertemuan dengan ayahnya tersebut. Saya berniat untuk bertemu dengan ayahnya. Untuk menyatakan keseriusan saya. Bahwa saya ingin mempersunting berjanji akan datang pukul tiga sore tepat. Tapi sudah sepuluh menit berlalu, dia belum datang juga. Sependek yang saya tahu, biasanya dia tidak begini. Atau barangkali dia sedang ada kesibukan."Sudah menunggu lama?" Suara seseorang dari belakang punggung saya terdengar, sambil dia menutup mata saya dengan kedua tangannya. Agak keras sampai saya merasa sedikit kesakitan. 1 2 3 4 5 6 Lihat Cerpen Selengkapnya

SALAHJATUH CINTA(Rangkaian Cerpen Menuju OPQ)Introper, suka ngelucu, sensitif,ngeblass. Hmm Handsome, manis senyumnya melebihi gula kali ya. Setia

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Semua orang pernah merasakan jatuh cinta. Selalu ada orang yg mampu membuat kita salah tingkah; rindu akan perangainya; senang diperhatikan; bertanya kabar. Udah makan? Udah minum? Udah dulu yah....Dalam percintaan lazim Cinta diterima maupun ditolak. Ketika Cinta diterima, dunia ini serasa milik berdua; berbunga-bunga hatinya. Bahagia!Namun, kala Cinta ditolak, dunia ini terasa hampa; sedih tak terperi. Bunga-bunga berguguran. Tersiksa! Pernahkah Tuan dan Puan merasakannya? Lihat Cerpen Selengkapnya JatuhCinta Setiap Bertemu Denganmu Cerpen Karangan: Zaky Haq Kategori: Cerpen Cinta Dalam Hati (Terpendam) ternyata ada seorang senior yang memperhatikan tingkah Reno dan memanggilnya ke depan. "oi lo, maju lo ke depan!!" hardik senior tersebut. hampir semua anak perempuan di sekolah itu tergila-gila padanya. Tapi hanya satu orang
Cerpen Karangan Sopianti RahayuKategori Cerpen Cinta, Cerpen Nasihat, Cerpen Remaja Lolos moderasi pada 23 September 2014 Pertama melihatmu. Kau sudah membuatku tertarik. Kau terlihat begitu menarik. Kau seperti berbisik, berbisik pada ku untuk menyukaimu. Aku tak perlu tau siapa namamu, melihatmu dari kejauhan saja sudah membuat ku seperti bumi yang tersinar oleh matahari. Mengahangatkan hati ku yang telah lama tak terhangatkan oleh sesosok perempuan yang berbeda sepertimu. Yang aku ketahui, kamu perempuan yang cukup cuek jika didekati lelaki. Berkenalan denganmu, cukup membuat ku gugup dan takut, aku takut setelah aku berkenalan denganmu dan mendekatimu kau malah menjauh dari ku. Aku memang bukan seorang lelaki idaman wanita yang banyak didekati para wanita. Jadi maafkan jika cara ku menyukaimu tidak seperti laki-laki biasanya. Berkumpul dengan teman-teman ku. Ya.. itu memang keseharian ku. Tak seru jika sehari tak bertemu dan bermain dengan teman teman ku. Namun juga tak seru dan akan membuat rindu lalu menjadi sendu jika sehari aku tak melihat senyuman manismu. Baru datang ke sekolah saja, aku sudah disuguhi senyumnya. Ya. .meskipun ku tahu senyuman manis itu bukan untuk ku. Namun setidaknya aku tahu bahwa pagi itu juga dia sudah diberi kebahagiaan oleh Allah. Meskipun begitu bukan aku juga yang membuatnya bahagia. Beberapa hari ku menyukainya, kau selalu membuat rindu di dalam hati ini. Rasanya terus menerus berkembang, padahal aku merasa tak pernah menyirami rasa rindu ku ini. Ataukah aku tak sadar? Aku takut nantinya jika rasa suka dan rindu ini malah berkembang menjadi rasa sayang. Rasa sayang yang tak terbalas, ya mungkin bisa dibilang begitu. Suatu pagi, baru saja aku bangun, pikiran ku tiba tiba tertuju padanya. Sampai sampai orangtua ku melihat ku yang sedang senyum senyum sendirian dan membuat ku kaget ketika melihat orangtua ku sedang memperhatikan ku. Dan membuat orangtua ku bertanya penasaran, apa yang sedang terjadi, meskipun aku tau orangtua ku pura pura tak tau. Hm.. Seperti tidak pernah merasakan menjadi anak muda saja, ucapku dalam hati. Aku menjawab seadanya saja, kalau aku sedang jatuh cinta. Orangtua ku hanya tertawa. Lalu memberi nasihat.. Ayah tau, kamu itu anak yang hebat, ayah juga tau kamu itu anak yang kuat. Namun ketahuilah, lelaki itu bisa menangis, menangis karena cinta. Jatuh cinta, memang kata orang-orang itu adalah sesuatu yang bisa membuat orang yang merasakannya jadi bahagia, jadi semangat, merasa hidupnya paling bahagia. Itu saat merasakan cinta. Namun di sisi lain, cinta juga bisa membuat kita jatuh. Kamu akan menjadi seorang yang merasa paling lemah jika sudah tak mendapatkan lagi kasih sayang atau cinta dari orang yang kamu sayang itu. Banyak kan, orang yang pengen bunuh diri karena cinta. Itu namanya alay nak.. Lalu disaat orang yang kamu cinta ternyata tidak mencintaimu? Apa kamu mau terus mencintai dia? Lebih baik kamu fokus pada belajarmu sekarang ini. Urusan perempuan nanti saja. Kamu pasti akan merasakannya nanti, pasti! Sekarang kamu kejar dulu mimpimu. Jika kamu sukses, pasti banyak kok yang melirik kamu. Mungkin salah satunya orang yang kamu suka itu. Jadikan dia motivasi yang bisa bikin kamu semangat belajar. Tapi bukan berarti kamu harus pacaran sama dia, kalo diputusin bisa bisa malah bikin ngedrop apa apanya dalam diri kamu. Banyakkan tuh yang putus sama pacarnya jadi ga mau makan. Nyiksa diri sendiri. Yang repot orangtua lagi, dia yang bikin kamu ngedrop kan cuek aja. Dan kalo tiba tiba dia ada yang punya? Perjalanan masih panjang kan? Kalo dia udah dapetin yang lain. Ya.., mungkin dia bukan yang terbaik buat kamu. Dan kamu bakal dapet yang terbaik lebih dari dia. Pokonya kejar dulu semua impian dan cita-citamu dulu. Cerpen Karangan Sopianti Rahayu Blog Facebook Cerpen Tahan Dulu Untuk Jatuh Cinta merupakan cerita pendek karangan Sopianti Rahayu, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Kisah Sashi Di Sekolah Part 2 Oleh Zusan W “Mit, lo kenal ga sama cowo yang ngobrol sama Al tadi?” “Engga, keknya bukan anak sini!” “Kita ikutin.. ikutin Mit, ngga tau kenapa, gue penasaran aja!” “Kita duluan tunggu Bukan Yang Sempurna Oleh Imelda Oktavera Ku lihat jam di tanganku sudah pukul 1 lewat 45 menit. Itu artinya aku sudah menunggu selama 1 jam 45 menit. Yah kalau mengikuti perkuliahan 2 sks sudah lebih Tersisa Misteri Oleh Ruri Alifia R Pagi yang baik untuk memulai hari. Temperatur tak biasa mengeriapi kulit membuat tubuhku merasa berbeda. Kini aku berada di telaga Sarangan. Salah satu tempat rekreasi jawa timur yang menyuguhkan Hmm… Oleh Santi Wulandari Terpaku membisu dalam keheningan malam, ingin rasanya ku menjerit dalam kesunyian, namun apa daya. Untuk apa ku menjerit dalam kesunyian, tak akan ada pula yang dapat mendengar jeritanku meski The Crazy Boy Part 3 Oleh Herlisa Cikis Aku mendengar samar-samar ada orang yang sedang bernyanyi dengan suara pelan, dan… sangat merdu. Rasanya nyaman banget, dan lagunya juga asyik. Oh Tuhan… kucinta dia kusayang dia kurindu dia “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?"
HLBK.
  • trv94ddwnm.pages.dev/289
  • trv94ddwnm.pages.dev/74
  • trv94ddwnm.pages.dev/60
  • trv94ddwnm.pages.dev/441
  • trv94ddwnm.pages.dev/8
  • trv94ddwnm.pages.dev/335
  • trv94ddwnm.pages.dev/78
  • trv94ddwnm.pages.dev/328
  • cerpen jatuh cinta sama senior gila